Pemberian Vaksin Baru: Benang Gigi Menunjukkan Janji untuk Peningkatan Imunitas

23

Pendekatan baru yang inovatif terhadap vaksinasi memanfaatkan alat yang tidak terduga – benang gigi – untuk merangsang respons kekebalan yang lebih kuat, terutama pada permukaan mukosa seperti di paru-paru dan saluran pencernaan. Para peneliti di North Carolina State University dan Texas Tech University telah menunjukkan bahwa pemberian vaksin melalui epitel persimpangan, yaitu jaringan unik antara gigi dan gusi, dapat menghasilkan produksi antibodi yang lebih baik dibandingkan dengan metode tradisional seperti semprotan hidung atau obat tetes di bawah lidah.

Mengapa Vaksinasi Mukosa Penting

Vaksin tradisional sering kali menginduksi antibodi terutama di aliran darah, sehingga permukaan mukosa relatif tidak terlindungi. Namun, permukaan ini merupakan pintu masuk penting bagi banyak patogen, termasuk influenza dan COVID-19. Imunitas mukosa yang efektif sangat penting untuk mencegah infeksi pada sumbernya, sebelum menyebar ke seluruh tubuh.

Epitel persimpangan secara unik cocok untuk tujuan ini. Tidak seperti jaringan epitel lainnya, jaringan ini tidak memiliki penghalang yang kuat, sehingga memungkinkan sel kekebalan untuk dengan mudah mengakses dan merespons vaksin. Permeabilitas ini memungkinkan penyerapan dan stimulasi antibodi yang lebih efisien baik dalam aliran darah maupun lapisan mukosa, sehingga menciptakan pertahanan yang lebih kuat terhadap infeksi.

Dari Tikus Lab hingga Uji Coba pada Manusia: Cara Kerja Metode Benang Gigi

Dalam percobaannya, para peneliti mengaplikasikan benang gigi berlapis vaksin pada gigi tikus laboratorium, membandingkannya dengan metode pemberian melalui hidung dan sublingual. Hasilnya menunjukkan bahwa membersihkan gigi dengan benang pada epitel persimpangan menghasilkan tingkat antibodi yang jauh lebih tinggi pada permukaan mukosa. Teknik ini terbukti efektif pada berbagai jenis vaksin – protein, virus yang tidak aktif, dan mRNA – dan menunjukkan penerapan yang luas.

Untuk menguji kepraktisan, para peneliti kemudian merekrut partisipan manusia dan meminta mereka mengoleskan benang gigi yang dilapisi pewarna fluoresen ke kantong gusi mereka. Sekitar 60% pewarna mencapai area target, menunjukkan bahwa pengambilan benang gigi mungkin merupakan metode penyampaian yang tepat.

Keuntungan dan Tantangan ke Depan

Pendekatan ini menawarkan beberapa manfaat potensial:

  • Peningkatan Respons Antibodi: Imunitas mukosa yang unggul dibandingkan dengan metode yang ada.
  • Aksesibilitas: Mudah dikelola dan menghindari fobia jarum suntik.
  • Efektivitas Biaya: Kemungkinan harganya sebanding dengan teknik pemberian vaksin lainnya.

Namun, masih terdapat tantangan yang signifikan. Metode ini tidak cocok untuk bayi yang tidak memiliki gigi, dan efektivitasnya pada individu dengan penyakit gusi atau infeksi mulut tidak diketahui. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengoptimalkan penyampaian dan memastikan keamanan sebelum uji klinis dapat dimulai.

“Kami optimis dengan hasil penelitian ini dan – bergantung pada temuan kami – kami mungkin akan melakukan uji klinis,” kata Dr. Harvinder Singh Gill, peneliti utama.

Meskipun masih dalam tahap awal, penelitian ini menyajikan metode pemberian vaksin alternatif yang menarik dan berpotensi meningkatkan kesehatan masyarakat.